Sunday, March 11, 2012

Ir Hardoyo Rajiyowiryono,M.Sc, Museum Karst Dunia Wonogiri dan Kenangan Mandungan

Oleh : Bambang Haryanto
Email : wonogirinews (at) yahoo.co.id


Selamat jalan, Mas Hardoyo Rajiyowiryono,
untuk kembali kepada Sang Khalik.

Kabar mengejutkan kemarin malam (10/3/2012) dari Harsoyo Rajiyowiryono, segera melambungkan kenangan saat kita sering guyon di Sanggar Mandungan, Solo, tahun 1970-an.

Saat itu sampeyan kuliah di Geologi UGM (lulus 1980), tetapi sering membawa majalah sastra Horison dan Budaya Jaya, untuk bahan mengobrol. Juga berbagi lelucon tentang Nasarudin Hoja.

Dalam album foto online yang memajang suasana reuni alumni Teknik Geologi UGM (Hardoyo di sebelah kanan) yang diselenggarakan tanggal 8 Agustus 2009, tersaji ulasan berbunyi :

r hardoyo rajiyowiryono,m.sc, r hardoyo rajiyowiryono,m.sc (kanan) slumnus teknik geologi ugm, reuni tahun 2009, meninggal dunia di bandung, 10 maret 2012

Pendekar Kembar. Tahun 70-an di Geologi UGM ada 3 orang yang sangat nyeni di bidang tulis menulis di antaranya Hardoyo Rajiyowiryono, Harlianto Toto Sudibyo (HTS/Totok) dan Widiyandito (almarhum).

Mereka bertiga membuat Mading HMTG yang terbit sebulan sekali (maklum waktu itu tdk bisa berlangganan koran, baru akhir 70an Geologi berlangganan KR yang bisa dibaca oleh mahasiswa). Puisi-puisi Hardoyo dan Totok sering dimuat di majalah remaja Aktuil (Remi Silado). Sedangkan karikatur-karikatur Widiandito yang menggelitik sering mucul di bulletin board HMTG/Geologi.

Waktu malam ramah tamah kemarin Hardoyo sempat membacakan Puisi2 HTS yang bagus dan seperti gaya puisi2 penyair mabuk Sutarji KB. Foto ini adalah mutakhir penyair Rendra dan Putu Wijaya Geologi UGM yang sudah membengkak tapi juga mulai keropos (Deskripsinya Wak Mufti 71).


Puisi mbeling karya Hardoyo juga akan terus dikenang karena sarat humor dan pesan ironi yang mengunjam. Dalam buku Puisi mBeling: Kitsch dan Sastra Sepintas susunan Soedjarwo,Th. Sri Rahayu Prihatmi dan Yudiono K.S. (Yayasan IndonesiaTera, 2001) telah tersaji dua karyamu :


Cultural Shock

dalam sebuah pesta
polos
seorang anak
berkata :
"mami,
"e-ek!"


Religi

pernah kuangankan
tuan bersujud
bagai manusia
lalu membuang airseni dari
langit dan aku
menganga di bawahnya.


Heboh piramid. Kontak terakhir saya dengan Mas Hardoyo terjadi via SMS bulan lalu. Saat itu saya tanyakan pendapat Mas Doyo tentang heboh piramid Sadahurip. Anda mengeluh, "itulah Indonesia kita," dan lalu berharap bisa mudik ke Solo untuk berbagi kabar dengan Si Benk (Mas Noyo) dan juga dengan saya.

Tuhan ternyata berkehendak lain.
Mas Doyo lahir di Solo, 30 Oktober 1950.
Wafat di Bandung, 10 Maret 2012.

Beliau menempuh pendidikannya di SMA Negeri 1 Solo, kemudian di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada dan selesai sebagai sarjana geologi pada Tahun 1980. Kemudian beliau melanjutkan studinya di Department of Geology, University of Wollongong, Australia dengan meraih gelar master science (honours) in geology, majoring in environmental geology, tahun 1990.

Saya ikut berdoa semoga arwah Mas Doyo diterima dengan sejahtera di sisiNya. Semoga pula, istri beliau mBak Endang Lestari, kedua putranya Aditio Baskoro Hardoyo dan Pradipto Isworo Hardoyo, diberi ketegaran dan ketabahan, untuk terus melanjutkan cita-cita luhur Mas Hardoyo.

Wonogiri tidak akan lupa jasamu. Saya sebagai warga Wonogiri tidak akan melupakan jasa besar Mas Hardoyo. Monumen karya abadinya, Museum Karst Dunia, akan selalu menjadi kenangan atas jasa-jasa beliau dan juga Badan Geologi tempat beliau berkarier. Sebuah situs berita menegaskan hal tersebut :

Publik Wonogiri Berduka
Tokoh Pembangunan Museum Karst Dunia Tutup Usia

Aris Arianto - Timlo.net
Minggu, 11 Maret 2012 | 13:55 WIB

Wonogiri – Salah seorang tokoh yang ikut aktif dalam pembangunan Museum Karst Dunia (MKD) Wonogiri Hardoyo Rajiyowiryono menghembuskan nafas terakhir tadi malam, Sabtu (10/3). Dia meninggal dunia lantaran menjadi korban kecelakaan di Bandung Jawa Barat.

Jenazah saat ini disemayamkan di rumah duka Bandung. Dan akan dikebumikan, Minggu (11/3) selepas sholat Dzuhur.

Harsoyo-adik kandung almarhum- ketika dihubungi Timlo.net melalui sambungan telepon seluler mengatakan kakaknya akan dimakamkan di TPU (Tempat Pemakaman Umum) Nagrog Bandung. ”Rencananya (pemakaman-red) setelah Dzuhur, atau paling lambat sekitar pukul 14.00 WIB siang ini juga “ tuturnya.

Kepergian sosok penting dalam pembangunan MKD meninggalkan kesedihan terutama bagi masyarakat Pracimantoro, lokasi berdirinya museum. Triyono Rahardjo tokoh masyarakat sekaligus Direktur Cabang LSM Gagasan Anak Negeri (GAN) Wonogiri berujar nama Hardoyo lekat di hati warga Pracimantoro.

“Khususnya sejak wacana hingga usai pembangunan MKD, nama almarhum begitu dikenal warga, sebab apa yang dikerjakannya sangat nyata, sehingga publik memiliki sebuah ikon kebanggaan yang mendunia,” Triyono menuturkan.

Tautan lanjut. Biodata Mas Hardoyo dan cita-citanya tentang masa depan Indonesia dapat Anda simak dalam artikel menarik berjudul Mengenalkan Geo-risk Sebagai Bagian Dari Mitigasi Bencana, Warta Geologi, Juli 2006 dan Memposisikan Kembali Kedudukan Geopolitik Indonesia, Warta Geologi, Juni 2008.



Wonogiri, 10-12 Maret 2012

No comments: