Oleh : Bambang Haryanto
Email : wonogirinews (at) yahoo.co.id
Rumus tiga adalah salah satu rumus terkenal dalam dunia
komedi.
Pentas Srimulat berkali-kali menampilkan rumus klasik
itu.
Bayangkan sekarang di panggung berjajar para artis, katakanlah :
Dessy Ratnasari,
Becky Tumewu
dan Tukul Arwana.
Lalu pelawak Basuki akan memberi ibarat bagi ketiganya :
Platina,
Emas
dan Gembreng !
Sutera,
Bludru
dan Blangkrah !
Sebutan yang ketiga itulah yang diharapkan untuk
meledakkan tawa. Presiden SBY dalam pidatonya dulu, juga selalu memakai
rumus tiga itu. Tujuannya untuk memancing tepuk tangan hadirin..
Rumus tiga di Wonogiri. Di Wonogiri, saat jalan-jalan, sering saya temui rumus tiga itu pada billboard yang melintang di jalan utama. Tulisannya : "Wonogiri Bersih, Indah & Sehat." Saya sering senyum-senyum sendiri karena pada billboard itu terpampang iklan rokok yang sangat besar..
Mas Ito alias Prof. Sarlito Wirawan Sarwono, pernah membisiki
saya : itu cerminan dari apa yang disebut sebagai cognitive dissonance. Saya
menyebutnya sendiri sebagai nalar yang tidak gatuk.
Namanya otak atau nalar yang sudah ditableg sama duit
maka rokok pun dipakai untuk mengampanyekan cita-cita Wonogiri yang sehat.
Semoga guyonan ini bisa ikut mengisi catatan bahwa hari
ini, 31 Mei 2012, adalah World No Tobacco Day. Hari Tanpa Rokok Sedunia. Tema tahun ini berjudul “Interferensi Industri Rokok terhadap Upaya
Pengendalian Konsumsi Rokok”.
Menurut mantan Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Kartono Mohamad, tema itu bukan hal baru. Karena industri rokok sudah lama berkongkalingkong dengan elit politik di negara manapun juga agar tidak mengendalikan konsumsi rokok. Dengan segala cara.
Untuk negara yang elit politiknya bermental korup, hal itu makin mudah (dan murah) bagi industri rokok. Jangan pula harapkan bahwa elit politik itu berpihak ke rakyat, apalagi melindungi kesehatan rakyatnya. Toh kalau rakyat sakit-sakitan, bukan mereka yang menanggung biayanya.
Anda punya pendapat ? Ada banyak cerita lanjutannya,dimana bila Anda berminat silakan klik saja di :
Menurut mantan Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Kartono Mohamad, tema itu bukan hal baru. Karena industri rokok sudah lama berkongkalingkong dengan elit politik di negara manapun juga agar tidak mengendalikan konsumsi rokok. Dengan segala cara.
Untuk negara yang elit politiknya bermental korup, hal itu makin mudah (dan murah) bagi industri rokok. Jangan pula harapkan bahwa elit politik itu berpihak ke rakyat, apalagi melindungi kesehatan rakyatnya. Toh kalau rakyat sakit-sakitan, bukan mereka yang menanggung biayanya.
Anda punya pendapat ? Ada banyak cerita lanjutannya,dimana bila Anda berminat silakan klik saja di :
Wonogiri,31 Mei 2012