Thursday, April 19, 2012

Wong Wonogiri, Bismar dan Darah Syuhada

Oleh : Bambang Haryanto
Email : wonogirinews (at) yahoo.co.id


Bismar Siregar telah dipanggil Sang Khalik.
Lahir : 15 September 1928.
Wafat : 19 April 2012.

Mantan Hakim Agung ini dikenal sebagai sosok pribadi yang jujur, bersahaja, dan sederhana. Pria kelahiran 15 September 1928 ini menjabat Hakim Agung dan pensiun sejak 17 tahun silam.

Beberapa pegiat antikorupsi mensejajarkan Bismar Siregar dengan mendiang Menteri Kehakiman dan Jaksa Agung Baharuddin Lopa, dan almarhum Hoegeng Imam Santoso, Kepala Polri era 1968-1971.

Saya mengenal secara tatap muka untuk pertama dan terakhir kali, di tahun 1999. Tepatnya pada tanggal 17 Desember 1999, di Gedung Indosat, Jakarta Pusat. Saat itu berlangsung pengumuman pemenang Lomba Karya Tulis Teknologi Telekomunikasi dan Informasi (LKT3I) III/1999 yang diselenggarakan oleh PT Indosat.

Sebagai salah satu finalis saya memasukkan artikel saya yang sebelumnya pernah dimuat di harian Solopos (25/9/1999), berjudul “Bila Demam Bisnis Internet Makan Korban.”

Artikel ini membedah fenomena mabuk bisnis dotcom yang menggila saat itu, yang asal tubruk untuk mendigitalkan segala macam hal, sembari tidak mengacuhkan perbedaan antara model berbisnis di alam nyata, brick and mortar, dengan model bisnis di alam maya. Bisnis digital para pemabuk itu akhirnya bertumbangan dan Internet sempat mendapatkan reputasi buruk.

Kini kehadiran blog, yang tidak banyak membuat orang dibakar eforia, justru menjadikan Internet benar-benar sebagai ancaman konkrit bagi bisnis mainstream media, sekaligus membukakan wacana demokratisasi media yang berada di tangan warga.

Pada malam pengumuman, saya meraih Juara Harapan I Kategori Kelompok Umum dalam lomba karya tulis yang juga didukung oleh Harian Kompas, Republika, Gatra dan LIPI.

Darah syuhada. Saat itu bertepatan dengan bulan puasa. Sebelum pengumuman pemenang, ditampilkan pidato siraman rohani yang diberikan oleh Bapak Bismar Siregar. Ucapan beliau yang nampak menyemangati para peserta lomba, antara lain dengan mengutip pendapat yang bagi saya terasa sakral.

Bismar Siregar mengatakan, “Setetes tinta penulis lebih mulia daripada darah syuhada."

Ucapan yang menggetarkan. Tidak terlupakan. Semula saya kira ucapan tersebut bersumber dari kitab suci Al-Quran. Syukurlah, beberapa tahun kemudian saya memperoleh informasi bahwa itu merupakan ucapan salah seeorang ulama klasik asal Siria, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, 1292-1350.

Terima kasih, Bapak Bismar Siregar.
Selamat jalan. Semoga Anda sejahtera disisiNya.


Wonogiri, 19 April 2012