Sunday, October 10, 2010

Jalan Kaki : Gadis Cantik, Politik, Epistoholik

Oleh : Bambang Haryanto
Email : wonogirinews (at) yahoo.co.id


Semua nabi adalah pengembara.
Pejalan kaki.

Boleh jadi itulah yang mengilhami penyair Inggris William Cowper (1731-1800) menulis puisinya yang berjudul "Walking with God" (1779). Tetapi orang masa kini dapat melucukan tabiat para nabi itu, dengan pendapat : "Wajar-wajar sajalah mereka itu. Saat itu kan belum ada mobil ?"

Anda boleh tidak tertawa.

Juga boleh tidak terbahak ketika mendengar seorang komediene Ellen DeGeneres (foto) yang pernah melucukan neneknya yang hobi jalan kaki. Inilah katanya : "My grandmother started walking five miles a day when she was 60. She's 97 now, and we don't know where the hell she is."

Jalan kaki. Saya hampir melakukan semua perjalanan keluyuran di kota Wonogiri, kota saya ini, dengan jalan kaki. Termasuk, ya itulah, saat olah raga jalan kaki pagi. Juga saat ke perpustakaan, ke pasar, ke warnet, sampai main ke kafenya teman di Pokoh.

Secara hitung-hitungan kasar, aktivitas jalan kaki (pagi) itu saya mulai tahun 1989. Saat itu saya tinggal di Rawamangun, Jakarta Timur. Dimulai ketika saya bisa berhenti dari kebiasaan merokok. Barangkali itu salah satu prestasi terbaik dalam hidup saya. Kemudian hampir tiap pagi, dari Jl. Balai Pustaka Timur saya bisa jalan, kadang berlari, mampu mencapai stadion Pacuan Kuda Pulomas, atau sampai ujung Jl. Jatinegara Kaum.

Sedang bila di Bogor, mengelilingi Kebun Raya Bogor di pagi hari, dipayungi kanopi dedaunan pohon-pohon raksasa, merupakan pengalaman yang selalu menakjubkan. Di Wonogiri, kalau ke utara sampai Wonokarto. Ke timur, sampai SMP Negeri 2 Wonogiri. Bila ke arah selatan, sampai tepian Waduk Gajah Mungkur.

Tak jarang membawa buku, menyempatkan membaca-baca di tepian waduk sekitar 20-30 menit dengan dibelai udara pagi. Adegan ini :-) pernah diabadikan dalam film The Power of Dreams Documentary 2002, ditayangkan di TransTV, 29 Juli 2002.

Jalan kaki pagi bermanfaat untuk melemaskan sendi-sendi tubuh. Membentuk postur yang ideal. Menguatkan massa tulang sehingga terhindar dari ancaman pengeroposan. Membakar lemak sehingga tubuh tetap langsing. Menstabilkan tekanan darah.

Majalah Reader's Digest pernah pula menulis bahwa jalan kaki pagi mampu membuat pelakunya berpikir secara lebih jernih, menetralisir stres, sehingga juga mampu membuat pelakunya awet muda.

Di kota saya, Wonogiri, aktivitas jalan kaki hura-hura berhadiah selalu ramai dibanjiri ribuan peserta. Frekuensi acara semacam agak meningkat akhir-akhir ini ketika menjelang berlangsungnya Pemilukada 2010 di Wonogiri. Harap maklum, acara itu dijadikan sebagai wahana berkampanye sebagian kandidat yang bertarung merebut kursi bupati. Entah kenapa, walau dengan label gerakan "Aku Cinta Wonogiri," kandidat pasangan Sumaryoto-Begug Poernomosidi yang gencar mengadakan acara jalan kaki hura-hura berhadiah itu akhirnya yang justru kalah.

Begitulah adanya, di luar acara hura-hura semacam itu, saya jarang menemui individu atau kelompok yang secara rutin melakukan olah raga jalan kaki pagi. Bahkan kemarin (10/10/2010) ketika di Jakarta sampai Yogya berlangsung pencanangan (?) sebagai Hari Jalan Kaki Sedunia (World Walking Day) di Wonogiri tak ada kegiatan serupa.

Tak apalah. Syukurlah saya masih bisa memergoki kelompok ibu-ibu dan juga putrinya ("yang ramah, yang murah senyum") yang pemilik toko bangunan Metro Jaya, Kerdukepik, Wonogiri, saat jalan kaki pagi. Titik rendez-vous kami adalah di jalan samping RSUD dr. Soediran Mangunsumarso ("ini nama almarhum dokter keluarga, favorit ibu saya di tahun 1960-an").

Mantan guru bahasa Inggris saya saat di SMPN 1 Wonogiri, Pak Mufid Martohadmodjo dan kawan-kawan, juga saya pergoki berolah raga jalan kaki pagi. Bapak A.K. Djaelani, pimpinan Permadani (kursus pembawa acara berbahasa Jawa), juga kadang saya temui ketika beliau hendak membeli koran pagi. Bah Jomo, juga demikian. Sementara itu kelompok bersepeda yang aktif adalah Pak Sarono (Kedungringin) dan kawan-kawan.

Kampanye saya tentang manfaat jalan kaki ini pernah dimuat di kolom surat pembaca harian Suara Merdeka, Senin, 24 Desember 2007. Antara lain saya tuliskan, bahwa sebagai seorang epistoholik, alias pencandu penulisan surat-surat pembaca, olah raga jalan kaki pagi memberi manfaat besar bagi diri saya pribadi.

Seperti dikatakan Raymond Inman, bila Anda mencari ide-ide kreatif, lakukan olahraga jalan kaki. Karena, menurutnya, para malaikat akan senang berbisik kepada seseorang yang berjalan kaki.

Saya selalu membawa bloknot dan bolpoin kemana pun pergi. Sehingga ketika bisikan malaikat itu terdengar, segera saja saya tulis di bloknot ide-ide yang bermunculan itu. Embrio beberapa topik tulisan telah mulai saya semaikan.

Saya selalu berjalan kaki pagi sendirian. Moga-moga seperti itulah gambaran ritus yang ideal untuk jalan kaki, seperti yang digurat oleh William Cowper dalam puisinya berjudul "Walking with God" tadi.

Tetapi mungkinkah saya malah menyalahi apa yang seperti ditulis oleh penyair Inggris lainnya, Alexander Pope (1688-1744) : "And men must walk at least before they dance ?"



Wonogiri, 11 Oktober 2010