Saturday, September 18, 2010

The Fallen Kings dan Era Baru Wonogiri ?

Oleh : Bambang Haryanto
Email : wonogirinews (at) yahoo.co.id


Bulan puasa usai.
Hari Lebaran pun baru saja lewat.

Selasa, 14 September 2010.
Saya kembali bisa jalan kaki pagi.

Dengan rute istimewa : menuju rumah sakit Margo Husodo. Saya sih masih sehat-sehat. Pagi itu saya mau bezoek dik Ayu, istri adik saya Broto Happy W., yang sudah hari ketiga dirawat di rumah sakit di kawasan Wonokarto ini. Ia menderita dehidrasi, karena diare dan gangguan pencernaan. Mungkinkah ini tipikal gangguan kesehatan pasca-Ramadhan ?

Pagi itu dik Ayu, syukurlah, sudah nampak sehat. Ia ditemani Gladys, putrinya. Saya lalu mengobrol dengan Happy di lobi, sambil membaca-baca Tabloid BOLA, surat kabar Solopos dan Jawapos. Sebelumnya saya mendapat SMS dari Mayor Haristanto, berisi kabar duka : Pemimpin Redaksi Solopos, YA Sunyoto, meninggal dunia di Solo dan hari itu akan dikebumikan di kampung halamannya, di Rembang.

"Saya mengenal dia beberapa tahun lalu, saat Mas Nyoto menjadi wartawan harian Bisnis Indonesia di Jakarta dan meliput tim Arseto ke Solo," kata Happy. Saya mengenal almarhum yang suka humor dan perokok berat itu, ketika saya masih aktif di Pasoepati. Tahun 2000-2002. Baru-baru saja ini, ketika mengirim artikel ke Solopos juga terkadang saya tembuskan pengantarnya melalui message ke akun Facebooknya Mas Nyoto itu pula. Mungkin karena sibuk, ia belum pernah membalasnya.

"Selamat jalan, Mas Nyoto."

Pagi itu pula saya kirim SMS ikut berduka cita ke Mas Popon, wartawan Harian Jogja dan Mas Triyanto Hery Suryono, wartawan Solopos yang bertugas di Wonogiri. Keduanya, tentu mengenal Mas Nyoto sebagai bos dan kawan seprofesi.

Money politics. Membuka harian Solopos terdapat berita tentang konvoi sepeda motor seribuan anggota Satgas Anti Money Politics (SAMP) di Wonogiri. Ini lembaga atau ormas bentukan baru, bermarkas di Ngadirojo, hadir untuk menyikapi penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Wonogiri, yang pencoblosannya jatuh pada hari Kamis, 16 September 2010.

Di koran Solopos itu, pimpinan satgas tersebut, Rio Hana, juga mengaku mendapatkan laporan dugaan money politics di daerah Kajen, Giripurwo, Wonogiri. "Laporan hanya SMS dan tidak jelas siapa pengirimnya. Mestinya, laporan disertai bukti dan waktu kejadian," katanya pula.

Happy tertawa membaca berita itu. Saya juga.
Karena Kajen adalah kampung tempat kami tinggal.

Penyakit egosentris. Berita lain tentang Wonogiri adalah acara Andum Ketupat di komplek wisata Waduk Gajah Mungkur (13/9). Ketupat-ketupat itu dibagikan oleh bupati Wonogiri dan jajaran Muspida Wonogiri kepada pengunjung. Secara khusus, dalam berita itu disebut pula nama lengkap dari bupati Wonogiri yang dalam Pemilukada 2010 itu maju lagi sebagai calon wakil bupati, mendampingi Sumaryoto.

Nama lengkap dia yang terpajang adalah : Kanjeng Pangeran Ario Adipati Candrakusuma Sura Agul-Agul Begug Poernomosidi. Ia juga memiliki banyak nama lainnya, termasuk ketika mendalang, atau saat memimpin kelompok kesenian reog.

Nama "Sura Agul-Agul" itu juga terpasang di pelbagai baliho besar yang melintang di tengah jalan kota Wonogiri. Di Wonokarto. Saya senyum-senyum membacanya. Menurut saya tagline itu terlalu egosentris, narsis, mementingkan diri sendiri. Karena apa sih yang dijanjikan oleh semboyan bersangkutan bagi warga Wonogiri ?

Sikap narsis merupakan jebakan yang seringkali sulit dideteksi atau dirasakan oleh si penderitanya sendiri. Terlebih lagi bagi penguasa. Karena semakin berkuasa seseorang, apalagi tiadanya kontrol dan kritik, akan semakin membuat dirinya merasa sebagai pusat dunia. Wonogiri yang masih kental berbalut budaya Jawa, yang kental menjaga harmoni, menghindari konflik yang diametral, dan kuatnya sikap wegah rame itu, justru merupakan ladang subur bagi hadirnya penguasa-penguasa yang egosentris dan manipulatif.

Apakah Begug Poernomosidi yang mampu terpilih selama dua periode itu juga mengidap narsistis pula ? Rakyat Wonogiri yang akan memberi jawaban di pemilukada nanti.

Sayang, baliho dengan slogan "Sura Agul-Agul" di Wonokarto itu saya tidak sempat memotretnya. Saya kehilangan dokumen visual bersejarah, karena pada hari itu pula papan peraga kampanye mulai dibersihkan. Saya hanya tergerak memotret baliho kampanye Sumaryoto-Begug Poernomosidi di Kerdukepik (foto) yang lagi dalam proses diturunkan oleh petugas.

pemilukada wonogiri 2010,sumaryoto,begug poernomisidi,danar rahmanto,bambang haryanto,wonogiriSepi di dunia maya. Nampak poster besar pasangan Sumaryoto-Begug Poernomosidi di Kerdukepik sedang diturunkan. Kampanye pemilukada di Wonogiri belum nampak menggarap media-media maya. Sumaryoto memiliki blog di Kompasiana dan Danar Rahmanto memiliki blog dan akun Facebook, tetapi digarap seadanya.Walau demikian, komunikasi warga Wonogiri secara gethok tular seputar kondite dan ulah kontroversi dari pasangan peserta pemilukada ternyata diam-diam masih ampuh berfungsi, sehingga hasil pemilukada Wonogiri ini bisa disebut mengejutkan.

Sibuk jualan citra. Papan peraga kampanye milik pasangan nomor satu ini, yang didukung oleh Koalisi Merah Putih, yaitu PDIP-PKS, memang nampak paling dominan. Strategi pencitraan mereka juga jauh lebih masif.

Misalnya Sumaryoto telah meluncurkan kampanye "Aku Cinta Wonogiri" dan berkali-kali mengadakan acara jalan kaki santai yang bertabur hadiah. Radio Gajahmungkur, miliknya, sepertinya nampak dikorbankan value-nya sebagai media. Karena terlalu bertabur dengan pesan-pesan kampanye dirinya yang kadang membuat pendengar mudah menjadi jenuh.

Sumaryoto juga secara "tiba-tiba" menjadi khatib sholat Jumat di Masjid Agung At-Taqwa, yang memicu kontroversi. Tetapi hebatnya, oleh koran Jawapos kontroversi itu justru diekspos yang dapat ditafsirkan sebagai "memperlebar" dan "memperkuat" kampanye pencitraan oleh anggota DPR-RI kelahiran Nguntoronadi ini. Menjelang hari pencoblosan, koran yang sama nampak juga mem-blow-up gerakan "Aku Cinta Wonogiri" yang ia gagas itu.

Beragam jurus kampanye pasangan Sumaryoto-Begug itu seolah membuat pemilukada Wonogiri sudah berakhir ketika mereka mencalonkan diri. Piece of cake. Atau, suwe mijet wohe ranti. Kemenangan akan mudah mereka raih.

Tetapi teman ngobrol saya, Bambang Susilo, yang mantan chef hotel internasional di Hanoi, Vietnam, punya pendapat lain. "Begug adalah kartu mati untuk koalisi yang mencalonkannya," begitu prediksinya.

Saya tidak begitu mempercayainya. Karena culture of fear, budaya ketakutan, yang (mungkin secara tidak sengaja ?) meruyak selama politisi kawakan itu berkuasa, menurut saya, akan hanya membuat warga Wonogiri seperti kerbau dicocok hidung. Untuk aman mereka cenderung untuk patuh, takjim, kemudian mengikuti apa saja yang dikatakan oleh sang penguasa itu.

Saya keliru. Hari Kamis, 16 September 2010. Rombongan Happy, dik Ayu, Gladys, dengan mobil yang disopiri Mas Yudi asal Ngadirojo, malam itu mengabarkan dirinya sudah sampai di Tegal. Keluarga ini menuju rumah mereka, di Bogor.

Ia menyatakan ikut bergembira mendengar berita bahwa pasangan nomor empat, Danar Rahmanto (foto) -Yuli Handoko, sudah jauh unggul dibanding tiga pasangan lainnya.

Kamis sore itu, memakai laptop Compaq milik keponakan saya, Yudhistira Laksmana Satria, yang murid klas 7A, SMP Negeri 1 Wonogiri, kami segera mengakses Internet dengan fasilitas hotspot di rumah. Membuka Suara Merdeka CyberNews, tersaji berita yang berjudul Pasangan Nomor Empat Makin Jauh Memimpin.

Berita itu lebih lanjut mengabarkan bahwa hasil sementara perolehan suara pukul sampai 16.30 WIB, masih unggul di posisi pertama pasangan nomor empat H Danar Rahmanto yang berpasangan dengan Yuli Handoko dengan perolehan suara sementara 92.798 atau 40,49%. Di posisi kedua pasangan nomor urut satu Sumaryoto dan Begug Poernomosidi dengan perolehan suara 65.547 atau 28,53%.

Di posisi selanjutnya pasangan nomor urut dua, yakni Sutadi-Paryanti dengan mengumpulkan 39.943 suara atau 17,38%. Pada posisi akhir pasangan nomor urut tiga Mulyadi-Eddy Purwanto dengan mengumpulkan suara 31.446 suara. Total suara yang sudah dihitung berjumlah 229.734 suara atau sudah mencapai 38,99%.

Kemudian terjadi komunikasi SMS bolak-balik saya dengan Nano Maryono, tangan kanan dan kerabat Danar Rahmanto di PO Timbul Jaya. Juga dengan istrinya, Nuning, yang adik saya. Inti kabarnya sama : "Mas Danar, menang !"

Wah, guyonan Mas Danar dulu rupanya kesampaian. Pada tanggal 7 Juli 2010, ketika diadakan pengundian nomor urut peserta pemilukada di KPUD Kabupaten Wonogiri, saya ikut menonton. Sebagai blogger, saya juga memotret sana-sini.

Saat itu alumnus SMA Negeri 3 Padmanaba Yogyakarta diberondong pertanyaan wartawan terkait nomor empat yang menjadi nomor urutnya. "Nomor itu nomor bagus," kata Danar Rahmanto. "Angka empat kalau dibalik kan menjadi kursi ? Saya yakin akan menang dan mendudukinya."

Rakyat Wonogiri telah ikut berjasa membalik angka empat itu. "Kemenangan saya adalah kemenangan rakyat Wonogiri pula," katanya dalam menyikapi perolehan suara yang mengungguli tiga pasangan lainnya.

Era baru Wonogiri. Sore itu saya kemudian mengirim SMS ke sobat saya, Bambang Susilo yang pemilik kafe Ngaso Angkringan di Pokoh, bahwa saya mengaku salah. Sementara dirinya yang benar. Prediksi saya bahwa Sumaryoto-Begug yang akan jadi pemenang, ternyata dimentahkan oleh ratusan ribu warga Wonogiri.

Warga Kota Gaplek ini secara sadar dan menurut saya cerdas, ternyata lebih memilih untuk menolak peluang keduanya sebagai pemimpin dan penguasa di kabupaten tercintanya ini. Kegagalan keduanya, boleh jadi, dapat diibaratkan sebagai kejatuhan sang raja. Jatuh secara keras dan menyakitkan. Semoga keduanya, juga pasangan lain yang kalah, menerima suara rakyat itu dengan kearifan dan bersikap kenegarawanan.

Saya segera mendapatkan buktinya. Saya sempat berkirim SMS ke calon bupati pasangan nomor dua, H. Sutadi. "Dengan hormat. Walau Pak Tadi belum menang & akan kembali bertugas di Banten, saya sebagai Warga Wonogiri masih berharap Bapak akan terus berkomitmen memajukan Wonogiri. Salam." Saya kemudian memperoleh balasan : "Iya saya akan selalu komit tumpah darahku." (Jumat, 17/9/2010 ; 18.04.26).

Dengan terpilihnya pasangan Danar Rahmanto-Yuli Handoko sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Wonogiri 2010-2015, apakah otomatis menjanjikan kemajuan, keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan, bagi warga Wonogiri ?

Melalui Facebook saya telah mengirimkan pesan ke akun Facebook Mas Danar sebagai berikut :

"Dengan hormat. Saya dan keluarga di Kajen, mengucapkan selamat bekerja dan berprestasi untuk Mas Danar Rahmanto, juga pasangan wakil bupati terpilih Yuli Handoko.

Semoga panjenengan berdua mampu membawa kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan bagi Warga Wonogiri di masa-masa mendatang !"


Wonogiri, 19 September 2010

tmw