Sunday, April 20, 2008

Pemanasan Global dan Kesadaran Umat Islam

Oleh : Bambang Haryanto
Email : wonogirinews@yahoo.co.id


Bahaya Lingkungan dan Kita. “The warnings are rather chilling. Around 2,000 islands will disappear from Indonesia's map due to rising sea levels,” demikian pembuka artikel dari Kanis Dursin di harian The Jakarta Post, 1/5/2007. Peringatan itu terdengar menakutkan. Sekitar 2 ribu pulau akan lenyap dari peta Indonesia akibat kenaikan permukaan air laut.

Ia lanjutkan bahwa semua kota-kota pantai dan perumahan di tepi laut akan tenggelam. Satwa liar, terutama yang dilindungi, akan punah. Banjir, tanah longsor, badai dan angin ribut akan menjadi peristiwa rutin, sementara penyakit akan menghantui seluruh penghuni jagat ini. Walau pun demikian, sebagian besar penduduk Indonesia justru tidak menyadari konsekuensi dari angka-angka statistik yang menakutkan itu.

Bangsa Indonesia, lanjut artikel itu, juga jauh dari siap dalam melakukan aksi konkrit untuk mengantisipasi pemanasan global. Survei ACNielsen menunjukkan 28 persen warga dewasa di perkotaan menyadari ancaman pemanasan global, tetapi hanya separonya yang menganggapnya sebagai masalah yang serius.

Banyak kajian menunjukkan bahwa peran kegiatan manusia adalah sentral sebagai penyebab terjadinya pemanasan global. Sehingga agar bumi manusia ini bisa selamat dari bencana yang lebih besar, hanya manusia pula yang bisa melakukan tindakan penyelamatan. Dan semua itu harus dimulai dari kesadaran tiap-tiap individu. Anda juga. Dimulai dari saat ini pula !

Untuk ikut berperan serta dalam berbagi kesadaran itu, saya telah menulis surat pembaca di bawah ini :


Pemanasan Global
Dimuat di Harian Suara Merdeka,
Jumat,4 Januari 2007 : Hal. M


Beberapa minggu lalu saya terlambat berangkat ke sholat Jumat. Tetapi keterlambatan itu menguak hal yang sebelumnya tidak saya sadari. Saat itu halaman masjid Al-Taqwa Wonogiri penuh sesak dengan sepeda motor dan mobil. Saya bergumam, ternyata untuk berbakti kepada Allah para umat juga harus beramai-ramai menggunakan bahan bakar fosil, yaitu bensin, sementara dampak utama dari konsumsi itu adalah meningkatnya suhu global yang lebih cepat.

Photobucket

Penuh kendaraan bermotor. Mobil dan motor nampak memenuhi pelataran parkir Masjid At-Taqwa Wonogiri seusai Jumatan yang saya potret dari balik pagar pembatas lantai dua masjid bersangkutan.

Mungkin yang memiliki sepeda motor ada yang berdoa semoga segera bisa memiliki mobil, dan yang memiliki mobil berdoa dapat memiliki mobil yang lebih mewah. Peningkatan konsumsi bahan bakar fosil pun semakin menaik, suhu global juga naik semakin cepat.

Saya mengetuk : apakah umat Islam dapat sedikit meneruskan ketangguhan sikap menahan diri yang telah tergembleng selama bulan Puasa, dalam kehidupan sehari-hari kini ? Bagaimana kalau setiap melaksanakan sholat Jumat justru kita mengistirahatkan sepeda motor dan mobil kita masing-masing ? Kita pergi ke mesjid dengan jalan kaki. Bila kejauhan dengan mesjid utama, kita dapat melakukan ibadah yang sama di mushalla terdekat.

Kebetulan, tiap Jumat adalah hari berolahraga bagi karyawan lembaga pemerintahan dan swasta. Sehingga alangkah baiknya bila hari itu terjadi kesinambungan semangat dan praktek untuk hidup sehat, berperilaku menahan diri mengonsumsi bahan bakar fosil, peduli kepada masa depan bumi, yang berarti juga peduli bagi masa depan kita sendiri, anak cucu kita dan sesamanya.


Bambang Haryanto
Jl. Kajen Timur 72 Wonogiri 57612


Wonogiri, 21 april 2008


tmw